Wamentan Sudaryono Tegaskan Indonesia Mampu Produksi Vaksin Hewan secara Mandiri
Reporter
Muhammad Choirul Anwar
Editor
A Yahya
22 - Nov - 2025, 06:34
JATIMTIMES - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menegaskan bahwa Indonesia memiliki kemampuan penuh untuk memproduksi vaksin, serum, dan obat-obatan hewan secara mandiri. Pesan ini disampaikan secara tegas dalam kunjungan kerjanya ke Balai Besar Veteriner Farma Pusvetma di Surabaya.
Ia menjelaskan, berbagai jenis vaksin strategis seperti vaksin antraks, vaksin unggas, hingga vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) telah diproduksi secara mandiri di Pusvetma. Bahkan, vaksin dengan skala permintaan tidak terlalu besar sudah hampir sepenuhnya dipenuhi dari dalam negeri.
Sementara vaksin untuk unggas yang kebutuhannya sangat besar saat ini telah dapat dipasok hingga 30 persen oleh Pusvetma. “Secara SDM kita mampu, peralatan kita punya. Jadi siapa bilang kita tidak mampu? Kita memang mampu,” tegas Sudaryono.
Sudaryono juga mengapresiasi kinerja Pusvetma yang dinilainya telah menunjukkan kemampuan teknis, laboratorium, dan riset pada level unggul. Ia memastikan bahwa kapasitas sumber daya manusia, teknologi, dan fasilitas yang dimiliki Indonesia sudah cukup kuat untuk memenuhi kebutuhan vaksin hewan nasional.
Sejalan dengan itu, ia juga menyoroti tantangan sekaligus peluang Indonesia sebagai negara tropis. Penyakit hewan di wilayah tropis memiliki karakteristik berbeda dari negara subtropis, sehingga Indonesia perlu memiliki kemandirian teknologi untuk menjawab kebutuhan nasional sendiri.
“Kita adalah negara tropis, dan jenis penyakit hewan di sini berbeda dengan negara lain. Justru ini menjadi peluang karena kita bisa mengembangkan vaksin yang sesuai dengan karakter penyakit di Indonesia. Ini menunjukkan kita tidak boleh bergantung pada impor,” ujarnya.
Untuk itu, Sudaryono menegaskan rencana pemerintah membangun fasilitas baru pada tahun mendatang guna meningkatkan kapasitas produksi Pusvetma. Penambahan peralatan dan sarana produksi ini ditujukan agar Indonesia dapat mencapai kemandirian penuh dalam hal vaksin hewan.
“Dengan fasilitas baru dan peningkatan kapasitas produksi, kita ingin agar vaksin nasional bisa 100 persen mandiri tanpa impor. SDM ada, alat ada, tinggal kita memperkuat fasilitasnya,” tambahnya.
Sudaryono juga menekankan bahwa kemandirian vaksin hewan bukan sekadar proyek teknis, tetapi bagian penting dari ketahanan pangan dan kesehatan hewan nasional. Ketersediaan vaksin yang memadai dan terjangkau akan berdampak langsung pada produktivitas peternak, stabilitas pasokan protein hewani, serta daya saing sektor peternakan dalam negeri.
Selain itu, ia menegaskan bahwa Kementerian Pertanian akan terus memastikan kebijakan penguatan kesehatan hewan berjalan sejalan dengan integrasi riset, kolaborasi perguruan tinggi, dan penguatan sistem pengawasan penyakit hewan. “Ini bukan kerja satu unit saja. Ini kerja bersama seluruh unsur kesehatan hewan Indonesia,” tuturnya.
Baca Juga : Rektor UIN Maliki Malang Tegaskan KKM 2025 Harus Lebih Visioner dan Berbasis Lingkungan
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda menyampaikan bahwa Pusvetma kini menjadi salah satu BLU paling berkembang di sektor pertanian. Hal ini terlihat peningkatan yang sinifikan dari PNBP.
"Pendapatannya yang semula kurang dari Rp10 miliar pada 2018. Dan tahun ini kita buktikan bahwa Pusvetma menjadi BLU bidang pertanian dengan capaian PNBB hampir 100 miliar Yang tentu ini adalah bakat kerja keras seluruh jajaran Puspekma," ungkap Agung.
Ia juga menekankan kesiapan Pusvetma memperluas produksi vaksin unggas seperti Avian Influenza (AI) dan New Castle Disease (ND) yang sangat dibutuhkan untuk menjaga pasokan protein hewani nasional.
Sementara itu, Kepala BBVF Pusvetma Edy Budi Susila melaporkan bahwa sejak PMK kembali muncul pada 2022, Pusvetma memainkan peran krusial sebagai laboratorium rujukan nasional. Selain itu dirinya juga melaporkan terdapat peningkatan yang signifikan pada produksi vaksin dari 2024 ke 2025. Lonjakan produksi ini berdampak signifikan pada penurunan kasus PMK pada 2025 dan memperkuat kesiapan Indonesia mengendalikan penyakit tersebut pada 2026.
"Dari awalnya di tahun 2024 itu kita bisa memproduksi 1 juta dosis, kemudian 2025 kita bisa memproduksi kurang lebih 5 juta dosis untuk pengendalian penyakit PMK di Indonesia," terang Edy
