JATIMTIMES - Di tengah derasnya arus digital, ketika anak-anak lebih akrab dengan layar ketimbang lumpur, warga RT 06 RW 02 Kelurahan Arjosari, Kota Malang, menemukan cara sederhana tapi cerdas untuk melawan kecanduan gadget: memancing ikan lele di kolam hasil olahan sampah.
Kolam pancing itu berdiri bukan karena dana besar, melainkan dari kepedulian bersama terhadap lingkungan dan generasi muda. Sudah dua tahun berjalan, tempat ini menjadi magnet bagi anak-anak yang dulu lebih banyak menatap layar, kini lebih sering menatap permukaan air, menunggu kailnya bergerak.
Baca Juga : Deretan Drakor Terbaru Oktober 2025: Kisah Romantis, Fantasi, hingga Komedi yang Siap Menghibur
Kisah ini berawal dari inisiatif lingkungan bernama Kampung Semar Arjosari. Warga mengubah lahan tidur menjadi kolam pemancingan, dan yang menarik, semuanya terhubung dengan budidaya maggot, larva lalat hitam yang terkenal sebagai pengurai sampah organik.
“Maggot ini kami budidayakan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga yang dibuang ke TPS. Larvanya kami gunakan sebagai pakan ikan, ayam, dan burung,” tutur Edi Sugianto, Ketua RT sekaligus pengurus Kampung Semar, Minggu, (5/10/2025).
Dengan sistem itu, sampah tak lagi jadi beban, tapi berubah menjadi sumber energi baru bagi ekosistem kampung. Dari maggot lahir pakan ikan, dari ikan lahir kolam pemancingan, dan dari kolam itu lahir tawa anak-anak yang lebih sehat.

Sejak mulai beroperasi dua tahun lalu, kolam pancing Kampung Semar telah menjadi ruang rekreasi yang digemari warga, terutama keluarga muda. Harga tiketnya murah, suasananya alami, dan yang terpenting: anak-anak kembali belajar menikmati dunia nyata.
“Anak-anak sekarang lebih sering main di kolam daripada di depan HP. Mereka senang memancing, kadang orang tuanya ikut, jadi bisa quality time bareng,” ujar Edi.
Menurutnya, kolam pancing bukan sekadar tempat hiburan, tapi ruang terapi sosial yang ampuh menekan kebiasaan berlebihan menggunakan gadget. Orang tua pun merasa lebih dekat dengan anak-anak mereka, bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional.
Baca Juga : 3 Doa Mustajab yang Dianjurkan Diamalkan di Bulan Rabiul Akhir
Kampung Semar kini menjadi contoh bahwa inovasi lingkungan bisa berjalan seiring dengan pembangunan karakter sosial. Anak-anak belajar tentang siklus alam, bagaimana sampah organik diurai maggot, dimanfaatkan untuk ikan, lalu menghadirkan manfaat ekonomi dan rekreatif bagi warga.
Edi menegaskan, manfaat kolam ini tidak hanya dirasakan dari sisi ekonomi, tapi juga sosial.
“Kolam ini mempererat hubungan antarwarga dan membantu anak-anak mengurangi waktu bermain gadget. Dampak negatifnya bisa ditekan, lingkungan pun makin bersih,” ujarnya.
Di tengah dunia yang semakin digital, Kampung Semar Arjosari menegaskan bahwa inovasi tak harus berbentuk aplikasi atau teknologi tinggi. Kadang, solusi terbaik justru tumbuh dari lumpur, dari kolam sederhana tempat anak-anak belajar bersabar menunggu ikan menggigit kail dan orang tua belajar kembali menikmati waktu bersama.