JATIMTIMES - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang (UM) siap memukau penonton lewat pementasan teater kolosal bertajuk “Mewangi dalam Luka Sri Tanjung Asmaraloka”. Pertunjukan ini menjadi bagian dari agenda tahunan Pesta Rakyat 2025 yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Sastra Indonesia, Fakultas Sastra UM.
Acara yang akan berlangsung pada Sabtu, (1/11) pukul 18.30 WIB di Graha Cakrawala UM ini terbuka untuk umum. Dengan mengangkat legenda klasik Banyuwangi, Sri Tanjung dan Sidopekso ini bakal dikemas ulang dengan sentuhan modern dan pendekatan kontemporer.
Baca Juga : Halloween: Kisah Mistis di Balik Perayaan 31 Oktober yang Tak Banyak Diketahui
Pertunjukan yang disutradarai oleh Dr. Sn. Musthofa Kamal, S.Pd., M.Sn, ini akan melibatkan sekitar 75 mahasiswa dan sejumlah dosen Fakultas Sastra. Kamal mengaku bakal menghadirkan pertunjukan yang menghidupkan kembali nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
“Pertunjukan ini bukan hanya soal menampilkan cerita lama, tetapi bagaimana kami membangun kembali roh legenda itu agar bisa berdialog dengan masyarakat hari ini,” ujar Kamal, dosen yang juga aktif sebagai pembina Teater Pelangi tersebut.
Ia juga menjelaskan, kisah Sri Tanjung dan Sidopekso diangkat karena pesan moralnya yang masih relevan dengan zaman sekarang. Dimana cerita ini menyoroti bahaya fitnah dan pentingnya berhati-hati dalam menerima informasi, pesan yang sangat pas di tengah derasnya arus informasi media sosial saat ini.
Adapun pementasan ini menggabungkan berbagai unsur seni seperti musik, tari, dan puisi. Naskah teater ditulis oleh M. Wildan Nasril, sementara Dr. Dewi Sulistyogini, S.S., M.Hum. bertindak sebagai pimpinan produksi.
Yang menarik, musik dalam pertunjukan ini memadukan gamelan tradisional dengan instrumen modern. Di tangan Dr. Sn. Indra Suherjanto, S.Pd., M.Sn. dan Fandy Romadhoni, komposisi musik dirancang untuk tetap menjaga nuansa tradisi, tapi tetap bisa dinikmati penonton masa kini.
Selain itu, koreografi garapan Gesang Bayu P. menambah kekuatan visual di atas panggung. Gerak tari menggambarkan emosi dan konflik batin para tokoh, sementara perpaduan nyanyian dan pembacaan puisi menambah lapisan puitik khas Sastra Indonesia.
Pementasan “Mewangi dalam Luka Sri Tanjung Asmaraloka” juga bakal menjadi ajang kolaborasi keluarga besar Sastra Indonesia. Mulai dari aktor, penari, hingga tim artistik berasal dari berbagai angkatan dan latar belakang. Deretan nama seperti Junaidi, M.S.S., M.A., Wahyu Alvita, Nabil Mahrezza, Akbar, Sabrina, dan Gladis ikut menjadi pemeran utama.
Sementara Kala Maharani memimpin tim kostum, dan Jinggan, Neira, Annisa, serta Kala menangani tata rias yang menghadirkan nuansa klasik khas legenda Jawa.
Lebih dari sekadar tontonan, teater ini juga menjadi media pembelajaran dan pelestarian budaya. Mahasiswa tidak hanya diajak bermain peran, tapi juga memahami nilai-nilai budaya yang diwariskan lewat legenda.
“Kami ingin menunjukkan bahwa tradisi tidak hanya disimpan, tapi bisa terus diolah agar tetap hidup dan relevan dengan konteks zaman,” tutup Kamal.
Bagi yang ingin menyaksikan pementasan ini bisa melakukan pendaftaran melalui QR code yang tercantum di poster resmi acara.
