Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Peristiwa

LPG Bakal Diganti DME, Siap-Siap Kompor di Rumah Berubah! Ini Penjelasannya

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : A Yahya

08 - Nov - 2025, 15:43

Placeholder
Potret LPG. (Foto: Shutterstock)

JATIMTIMES - Pemerintah mulai mempercepat proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai bahan bakar alternatif pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG). Langkah ini diambil untuk menekan impor LPG sekaligus memperkuat kemandirian energi nasional.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, proyek DME menjadi salah satu prioritas utama yang dibahas dalam Rapat Terbatas (Ratas) bersama Presiden Prabowo Subianto, Kamis (6/11/2025).

Baca Juga : Anti Bau Apek, Begini Cara Keringkan Pakaian Saat Hujan Turun Terus

“Kita tahu bahwa tadi kita baru habis resmikan Cilegon, itu kita membutuhkan LPG kurang lebih sekitar 1,2 juta ton per tahun. Maka konsumsi kita nanti ke depan, di 2026, itu sudah mencapai hampir 10 juta ton LPG. Tidak bisa kita lama, kita harus segera membangun industri-industri dalam negeri,” ujar Bahlil dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (8/11/2025).

Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada impor LPG, yang setiap tahun menguras devisa negara hingga triliunan rupiah.

Mengutip situs resmi Kementerian ESDM, DME memiliki sifat kimia dan fisika yang mirip dengan LPG, sehingga bisa menggunakan infrastruktur yang sama, mulai dari tabung, tempat penyimpanan, hingga sistem distribusi yang telah ada.

Namun ada perbedaan mendasar yang perlu digarisbawahi, yakni LPG berasal dari minyak bumi, sementara DME dihasilkan dari batu bara berkalori rendah. Selain itu, DME juga bisa diproduksi dari biomassa, limbah organik, dan coal bed methane (CBM), yang membuatnya lebih fleksibel dan berpotensi menjadi bahan bakar masa depan yang berkelanjutan.

“DME nanti bentuknya tabung, seperti LPG saja,” jelas Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana.

Senada, Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, menyebut DME dapat dicairkan layaknya LPG, sehingga bisa dikemas dan disalurkan ke masyarakat menggunakan tabung gas yang sama.

“Prinsipnya DME juga dapat dicairkan seperti halnya LPG dan dapat didistribusikan ke konsumen dalam bentuk kemasan tabung seperti halnya LPG,” ujarnya.

Selain menekan impor, penggunaan DME juga dinilai lebih ramah terhadap lingkungan. DME mudah terurai di udara, tidak merusak lapisan ozon, serta mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20%.

Data Kementerian ESDM menyebut, LPG per tahun menghasilkan emisi sekitar 930 kg CO₂, sementara DME hanya 745 kg CO₂.

“Ini nilai-nilai yang sangat baik sejalan dengan upaya-upaya global menekan emisi gas rumah kaca,” tulis penjelasan di situs Kementerian ESDM.

Tak hanya itu, nyala api DME lebih biru dan stabil, tidak menimbulkan partikulat, sulfur, maupun NOx, sehingga proses pembakaran lebih bersih. DME merupakan senyawa eter paling sederhana dengan rumus kimia CH₃OCH₃ yang mengandung oksigen, sehingga proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dibanding LPG.

Bersamaan dengan proyek DME ini, Badan Litbang ESDM juga telah melakukan penelitian agar masyarakat tidak perlu khawatir mengganti kompor sepenuhnya.

Kepala Badan Litbang ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan, pengguna kompor LPG konvensional tidak perlu membeli kompor baru, melainkan hanya perlu memodifikasi bagian tertentu, khususnya sistem pengapian, kepala burner, dan nozzle.

“Pengguna hanya perlu membeli onderdil kompor yang terkait dengan sistem pengapian, sehingga pembakaran dapat berlangsung lebih sempurna,” tutur Dadan dalam keterangan resmi Kementerian ESDM yang dikutip pada Sabtu (8/11/2020).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyala api kompor hasil modifikasi berwarna biru dan stabil, dengan efisiensi pembakaran meningkat 10%, dari 55% menjadi 65%.

Peneliti KP3 Aplikasi Produk, Riesta Anggraeni, menambahkan bahwa konsumsi bahan bakar DME memang 1,3 kali lebih banyak dari LPG, namun angka itu masih lebih kecil dibanding perhitungan teori sebesar 1,6 kali.

“Konsumsi bahan bakar DME 1,3 kali lebih banyak dibandingkan dengan LPG, namun lebih kecil dari perhitungan teori yang seharusnya 1,6 kali,” ujarnya.

Baca Juga : Gerakan Pangan Murah dan Mancing Bareng Mas Ibin, Warga: Pemimpinnya Memasyarakat, Programnya Menyentuh Rakyat

Penelitian tak hanya dilakukan untuk rumah tangga, tetapi juga pada kompor semawar, yaitu jenis kompor besar yang digunakan oleh UMKM dan Pedagang Kaki Lima (PKL).

Peneliti KP3 Aplikasi Produk, Cahyo Wibowo, mengatakan hasilnya cukup menjanjikan karena sistem pengapiannya tidak jauh berbeda dengan kompor LPG konvensional.

“Ini membuktikan bahwa kompor semawar, yang selama ini juga menggunakan LPG, juga punya potensial untuk beralih ke DME,” ujar Cahyo.

Dengan demikian, transisi energi ke DME diharapkan bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk pelaku usaha kecil yang bergantung pada gas LPG subsidi. 

Penelitian Litbang ESDM dilakukan berdasarkan metode SNI 7368:2011 tentang kompor gas bahan bakar LPG satu tungku dengan sistem pemantik.

Beberapa parameter yang diuji antara lain konsumsi per jam tanpa beban, asupan panas, efisiensi bahan bakar, waktu pemanasan air dari suhu 20°C ke 90°C, serta nilai kalori energi.

Uji ini juga membandingkan kompor LPG konvensional dengan kompor hasil modifikasi berbahan DME 100%, menggunakan panci berdiameter 220–260 mm.

Hasilnya, kompor modifikasi terbukti lebih efisien dan stabil, meski masih memerlukan penyempurnaan pada desain agar performa setara dengan kompor LPG.

“Masukan dari peneliti yaitu kompor gas semestinya didesain ulang secara tepat agar penggunaan DME sebagai bahan bakar juga tidak mengurangi kinerja kompor gas tersebut,” jelas Dadan.

Penelitian penggunaan DME sejatinya sudah dilakukan sejak 2014. Tim KP3 Aplikasi Produk kala itu menguji campuran LPG dan DME dalam berbagai komposisi, di antaranya 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, hingga 50%.

Hasilnya, semakin tinggi kandungan DME, maka asupan panas dan efisiensi kompor cenderung menurun. Karena itu, diperlukan desain kompor khusus agar DME dapat digunakan 100% tanpa menurunkan performa.

Pihak Pertamina sendiri saat ini masih dalam proses penjajakan untuk mendapatkan suplai DME yang memadai.

“Saat ini Pertamina dalam proses penjajakan untuk mendapatkan suplai DME. Dan tentu diperlukan waktu yang cukup panjang,” kata Irto Ginting.

Ia menegaskan, konversi dari LPG ke DME akan dilakukan secara bertahap sesuai roadmap pemerintah, sambil memastikan kesiapan infrastruktur dan keamanan distribusi.

“Adapun untuk konversi dari LPG ke DME akan mengikuti roadmap yang ditetapkan oleh pemerintah terkait implementasi DME sebagai bahan bakar rumah tangga pengganti LPG,” tambah Irto. 


Topik

Peristiwa gasifikasi batu bara dme proyek dme apa dme bahlil lahadalia



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Sumenep Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

A Yahya