Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Pemerintahan

Lewat Pagelaran Wayang, Ketua DPRD Jatim Teguhkan Komitmen Revitalisasi Budaya

Penulis : Muhammad Choirul Anwar - Editor : Yunan Helmy

15 - Nov - 2025, 10:59

Placeholder
Ketua DPRD Jatim Musyafak Rouf memberikan sambutan di sela-sela pagelaran wayang kulit.

JATIMTIMES - DPRD Provinsi Jawa Timur (Jatim) sukses menghelat pagelaran wayang kulit yang menghadirkan dalang kondang Ki Purbo Asmoro. Dengan lakon Wahyu Katresnan, pagelaran berlangsung di kompleks DPRD Jatim Jalan Indrapura Surabaya, Jumat (14/11/2025) malam. 

Ketua DPRD Jatim Musyafak Rouf menegaskan event kali ini sebagai puncak filosofis peringatan Hari Jadi Ke-80 Provinsi Jatim. "Pagelaran wayang kulit yang kita laksanakan hari ini adalah bagian dari peringatan Hari Jadi Ke-80 Provinsi Jawa Timur,” ujar Musyafak.

Baca Juga : PKB Kota Blitar Gelar Tasyakuran atas Penganugerahan Gelar Pahlawan untuk Gus Dur, Syaikhona Kholil, dan Marsinah

Kegiatan ini sekaligus menandai kembalinya tradisi wayangan di rumah wakil rakyat setelah absen lebih dari satu dekade. Dikatakan Musyafak, kembalinya pagelaran wayang kulit di DPRD Jatim setelah sekitar satu dekade bukan sekadar menambah agenda seremonial. 

Politisi PKB itu menyebut, tradisi ini diposisikan sebagai peneguhan kembali kearifan lokal yang sempat “kosong” dalam ruang-ruang resmi pemerintahan.

“Melalui inisiatif DPRD Jatim, kita mendeklarasikan gerakan revitalisasi budaya. Sebuah komitmen untuk membersihkan kerutan ‘sukerta’ yang mungkin melekat pada lingkungan sosial dan politik kita,” papar Musyafak.

Adapun tema yang diangkat pada pagelaran kali ini adalah  “Meruwat Jawa Timur, Merawat Indonesia”. Musyafak menjelaskan bahwa tema tersebut sarat makna. 

Ia memaknai ruwatan sebagai upaya pemurnian sekaligus selamatan kolektif dari berbagai kesulitan hidup. Dalam konteks pemerintahan modern, “meruwat Jawa Timur” ia artikan sebagai ikhtiar membersihkan keruwetan sosial dan mencegah konflik horizontal yang dipicu sentimen perbedaan keyakinan di akar rumput.

“Ini deklarasi politik budaya, bahwa kita kembali bergairah dan bertekad menegakkan pembangunan yang dilandasi niat bersih dan etika luhur,” tegasnya.

Dia menegaskan kembali bahwa wayang kulit bukan sekadar hiburan, melainkan tuntunan penuh filosofi. Apalagi, wayang sudah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan. 

“Pengakuan dunia ini memberikan konsekuensi moral bagi kita untuk konsisten melestarikan budaya ini,” tandas Musyafak.

Ia menambahkan, melalui lakon-lakon pewayangan, publik diajarkan untuk menjadi pemimpin yang baik, sebagaimana termaktub dalam ajaran Asta Brata atau kisah Kresna Duta yang mengutamakan keutamaan moral di atas kekerasan. Seorang pemimpin ideal, ia gambarkan, adalah sosok yang memberikan perlindungan dan memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya.

Baca Juga : Menko Zulhas Bantu Pengembangan Produktivitas Pangan di Kabupaten Malang

“Inilah mantra yang kami gunakan di DPRD Jawa Timur. Setiap kebijakan dan pengawasan anggaran harus lolos ujian filosofis ini: apakah benar-benar bermanfaat bagi rakyat atau hanya melayani segelintir kepentingan,” urainya.

Lebih lanjut, Musyafak mengatakan, Jatim sebagai provinsi dengan penduduk heterogen berhasil menjaga keharmonisan internal, maka provinsi ini telah ikut “merawat Indonesia”. Ia juga bilang, Jatim sebagai salah satu barometer kerukunan nasional, antara lain terlihat dari meningkatnya indeks kerukunan umat beragama (KUB) yang mencerminkan moderasi dan sikap saling memahami.

Slogan “Jatim Tangguh Terus Bertumbuh” yang diusung Pemprov Jatim, kata dia, mencerminkan fokus pembangunan pada ketahanan ekonomi dan pertumbuhan berkelanjutan.

Namun, Musyafak mengingatkan agar gairah pembangunan fisik tidak mengabaikan dimensi batin. “Di antara hiruk-pikuk pertumbuhan fisik dan infrastruktur, kita menyadari perlunya pondasi spiritual dan etika,” ujarnya.

Musyafak pun mengajak generasi muda, khususnya milenial dan Gen Z, untuk kembali mencintai dan melestarikan wayang kulit agar tidak tercerabut dari akar budaya leluhur.

“Mari kita jadikan pagelaran wayang kulit malam ini sebagai perwujudan komitmen politik kita bersama, bahwa pembangunan fisik harus sejalan dengan pembangunan mental dan spiritual,” tutupnya. 


Topik

Pemerintahan Pagelaran wayang DPRD Jatim revitalisasi budaya



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Sumenep Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Muhammad Choirul Anwar

Editor

Yunan Helmy

Pemerintahan

Artikel terkait di Pemerintahan